‘Officially’ Ambruk di Nürenberg!

Hari ini fisik saya officially ambruk!
Tapi insyaAllah tidak dengan spirit dan mental backpack saya! 😀

Hari ini pula tepat dua bulan kami berkelana;
Hanya berdua,
mengukuhkan rasa,
mengeratkan sepasang jiwa,
dalam suka duka perjalanan sederhana,
‘menantang’ materialistik dan kapitalisnya bumi Eropa,
sekaligus memunguti kearifan-kearifan lokal yang kami jumpai di sepanjang perjalanan ini.

Berjalan ke banyak tempat, belajar dengan menyaksikan langsung dan berbagi, terutama mendampingi suami berceramah ke berbagai negara yang sudah kami datangi, menimbulkan kesan mendalam untuk diri dhaif ini.

Hari ini,
di atas kasur yang disediakan host kami,
saya memutuskan merefleksi, sementara Aa menunaikan Magrib di Islamische Gemeinde Nürenberg, sekitar 10 menit saja dari rumah host kami 🙂

***

Memanfaatkan Quer-durchs-Land-Ticket

Setelah berhari-hari dihajar dingin, hujan rintik-rintik dan angin kencang di kota Düren, dan masih terus didampingi rintik kala menjelajahi kota wisata cantik bernama Würzburg kemarin sore, tubuh saya menyerah! 🙂

Ya, kami sekadar mampir sebentar mumpung ada tiket terusan seluruh wilayah Jerman bernama, Quer-durchs-Land-Ticket untuk dua orang seharga 50 euro. Tiket sakti ini bisa digunakan sepuasnya mulai pukul 09.00 pagi hingga pukul 03.00 dinihari.

Mau mendatangi wilayah Jerman Utara (misalnya Hamburg) lalu mampir-mampir dan meneruskan naik kereta hingga ke Jerman Selatan pun bisa, hanya saja tampaknya fisik dan waktu akan menjadi kendala. Jerman tidak semungil Belgia atau Belanda! 🙂

Sebagai backpackers yang tak lagi belia, kami tetap berupaya memanfaatkan semaksimal mungkin tiket terusan yang kami beli tersebut 🙂

Setelah turun naik kereta api kelas 2 -jujur menurut saya jauh lebih nyaman, bersih dan mewah dibandingkan kereta eksekutif di Indonesia!- kami memutuskan melihat-lihat kota Würzburg dari dekat.

Ide mampir ke kota ini muncul sejak beberapa hari lalu, saat saya, Aa, Mas Sis dan Mbak Irawati Prillia membincang rute kami.

Saya sempat bertanya,

“Mbak, adakah kota wisata cantik dan bersejarah yang bisa kami mampiri sepanjang rute turun naik kereta menuju Nurenberg.”

Mbak I seketika menjawab, “Tentu saja ada. Mampir saja ke Würzburg. Old town-nya tidak terlalu jauh dari stasiun Würzburg!”

Saat di Würzburg, ternyata kami hanya sanggup mendatangi Residenz Platz -itupun dari luar saja- karena 30 menit lagi istana megah yang dilindungi UNESCO dan dinobatkan sebagai salah satu world heritage sejak 2012 ini sudah akan ditutup, tentu tanggung membayar 7.5 euro / orang tapi tidak bisa maksimal menikmati alias terburu-buru.

Kami sempat berkeinginan kuat menembus angin dan rintik hujan setelah berteduh di halte ATM -supaya dapat kehangatan heater!- tapi rencana ini tidak diizinkan Allah. Hujan justru turun semakin deras, mengguyur kota jelita ini.

Sudahlah…
Belum saatnya.

Kami banyak habiskan waktu -sembari menunggu kereta pukul 18:42 menuju Nürenberg -dengan keluar masuk supermarket ALDI dan beberapa toko sepatu.

Yup, Aa akhirnya memutuskan menyerah kalah backpack hanya memakai sandal gunung Eiger miliknya. Maaf sebut merek, kuat soalnya dan ini bukan iklan berbayar loh! 🙂

Sejak di Bandung saya sudah meminta beliau untuk membawa sepatu kets miliknya supaya hangat di musim hujan dan autumn yang mulai menyapa Eropa, tapi Aa keukeuh mau membawa satu alas kaki saja.

Kemarin kami menemukan sepatu kulit nan gagah seharga 15 euro saja, awal mulanya seharga 94.99 euro, kemudian sale beberapa kali, nampak dari tempelan harga berlapis-lapis hingga harga terakhir itu 🙂

Berkat si sepatu ini baru ini (dan izin Allah tentu saja) si Aa masih bertahan dan tidak menyusul ambruk seperti saya.

Berabe nantinya, tiket one day trip to Praha sudah dibelikan host segala! 🙂

***

Doakan Saya Sembuh Secepatnya Ya! 🙂

Sejak tadi pagi kerjaan saya hanya tiduran saja, sarapan dan kemudian berjuang untuk tidur, bangun untuk makan siang diteruskan minum obat penahan radang tenggorokan (untung saya membawa, sebab dokter di sini susah sekali memberikan resep!) dan tidur kembali.

Sampai malu hati karena tidak membantu host sama sekali kala memasak makan siang :p

Jujur saya akui, lasagna dan sup sapi buatan beliau enak dan menghangatkan tubuh ringkih ini.

“Terima kasih banyak Teh Dewi sayang, Allah yang membalas ya!” 😀

Mohon doakan saya segera dipulihkanNya kembali.

Esok kami berencana menjelajah Nürenberg, kota tua yang dikelilingi benteng perkasa dan jika ada kondisi saya fit sempurna, Aa nampaknya ingin sekali ke München Arena, katanya berkereta hanya 1.5 jam saja.

Mudahan saya sehat kembali.

“Ayo Ima, kembali ke kasur. Jangan menulis terus!” 😀

9 thoughts on “‘Officially’ Ambruk di Nürenberg!

  1. Imaaa… hampir 6 hari kita bareng, bikin teteh kangeeen…
    Alhamdulillah kalau masakkan teteh enak dilidah Ima sama Aa, pdhl ngga pedeee mau nyediain nya, soalnya Ima pinter masak, apalagi saat menawarkan Siomay.. Maju mundur tuh Ma.. Saking ngga pede nya hehe
    Sehat2 yaaa…
    *peluk sayang*

    • Kami juga kangen Teteh kok 🙂
      Teteh mah sae pisan ku abdi 😀
      Jazakillah khairul jazaa, Teteh 😀

      Iya, masakan Teteh bener-bener enak kok, aku malah ndak bisa masak kaya’ begituan 😀

      Minta yang resep ikan Salmon-nya ya, Teh? 😀

Leave a reply to nengwie Cancel reply