Rayakan Sehat di Brugge!
Tak pernah terbayangkan, jika #DakwahBackpacking dan #HoneymoonBackpacking di tahun 2014 dipenuhi sederet ‘drama’ dan musibah.
Salah satunya adalah ambruknya saya sampai akhirnya dilarikan ke Luisen Hospital di Aachen, Jerman.
Penyebabnya?
Sepertinya karena sudah kurang enak badan sejak di Marseille, Perancis tapi tetap memilih meneruskan perjalanan ke Swiss. Kondisi fisik makin melemah karena kelelahan berpindah kereta api ekonomi sebanyak belasan kali, mulai pukul 2 siang dari Swiss hingga akhirnya tiba di Aachen, pukul 1 dinihari.
Kenapa tidak naik pesawat? Karena kami tidak ada budget untuk ngedadak beli tiket pesawat.
Kenapa tidak beli tiket pesawat jauh-jauh hari?
Karena undangan ceramah dan silaturahmi ke Swiss mendadak hadir.
Kenapa tidak minta tolong pihak pengundang untuk membelikan kereta cepat? Karena kami tidak mau merepotkan pengundang.
Kami pasangan pengembara dengan misi berbagi sedikit ilmu yang kami miliki. Kami tidak ingin menjadi beban bagi pengundang.
Jika akhirnya saya jatuh sakit setelah kelelahan mengembara 1.5 bulan lamanya, maka ini kesalahan pribadi. Saya kurang pandai menjaga diri sendiri!
Singkat cerita, #DakwahBackpacking dihentikan sementara waktu. 12 hari saya diopname sekaligus diobservasi di Luisen Hospital, Aachen.
Bukan main sedih dan bosan. Stres membayangi. Berapa besar biaya yang harus kami keluarkan jika asuransi yang dibeli di Indonesia tidak bersedia menanggung biaya perawatan?
Dalam ketakberdayaan, suami setia mendampingi. Hal yang sangat saya syukuri. Karena tidak boleh menginap di rumah sakit, Aa datang pagi-pagi, lalu pulang menjelang midnight. Begitu setiap hari, selama dua belas hari. Beruntung saya memilih beliau sebagai smartfren sejati!
Suami sayang pada istri saat istri sehat dan cantik sudah biasa. Tapi suami perhatian pada istri saat istri jelek dan terkapar sungguh luar biasa!
Di rumah sakit katolik milik profesor berkebangsaan Jerman, saya memunguti pelajaran hidup. Tentang kepedulian sesama perantau. tentang persaudaraan antar negara. Tentang dokter-dokter penuh empati. Tentang rumah sakit yang dijalankan sepenuh hati dan tentang kasih sayang Allah dalam wujud perawat tak beragama (ateis).
Saat keluar rumah sakit, saya menangis karena senang sekaligus terharu.
Senang karena boleh meninggalkan rumah sakit padahal belum menyicil bayaran sama sekali. Inilah hebatnya sistem kesehatan di Jerman dan eropa pada umumnya. Dengan begini, biaya rawat inap tidak semakin membengkak.
Terharu karena akan meninggalkan para suster dan dokter baik hati.
Seumur hidup saya, untuk pertama kalinya ‘enggan’ meninggalkan rumah sakit saking merasa nyaman seperti di rumah sendiri.
Sampai di rumah host utama di Belgia, saya langsung dipapah naik tangga. Menuju kamar yang disediakan untuk kami.
Di kamar berlantai kayu yang hangat saya belajar duduk. Kemudian belajar berdiri. Juga belajar ke kamar mandi. Bahkan belajar sujud karena luka pada organ intim membuat saya kesulitan melakukan gerakan-gerakan shalat dengan sempurna!
Tiga minggu aktifitas saya hanya seputar kamar tidur dan kamar mandi.
Jangan tanya bosannya seperti apa. Setengah mati!
Jangan tanya sesaknya hati setiap melihat onggokan tepung sagu dan gula aren yang kami bawa jauh-jauh dari Bandung.
Niatnya untuk membuat pempek dan dijual, seperti tahun sebelumnya. Keuntungannya akan dipakai menjelajah benua Eropa.
Jangan tanya sedihnya hati. Selamat tinggal negara-negara yang ingin kami kunjungi. Gagal impian backpacking yang disusun sepenuh hati! Manusia bisa berencana. Allah Maha Berkuasa atas segala!
Belasan butir obat saya tenggak setiap hari. Di minggu keempat saya memutuskan belajar turun naik tangga. Saya juga belajar mengambil makan siang dan malam yang sudah disiapkan host. Saya tidak ingin terus-menerus jadi beban!
Di minggu kelima saya bisa berjalan sempurna, meski melangkah pelan-pelan. Alhamdulillah rasa sakit saat melangkah telah pergi. Saya bilang ke suami,
“Aa, aku ingin jalan-jalan. Yang dekat-dekat saja? Boleh ya?”
“Sabar, Sayang…”
“Tapi aku sudah sangat bosan, A!”
“Yang, kalau kita jalan-jalan duitnya dari mana? Kan perlu uang untuk membeli tiket kereta api antar kota. Lagian hati Aa belum tenang. Belum ada keputusan dari pihak asuransi apakah biaya opname akan ditanggung mereka atau tidak.”
Saya merengut. Saya sudah bosan lima minggu dalam rumah saja!
“Yang, berdoa sama Allah. Minta sama Allah dibukakan jalan keluar untuk masalah keuangan kita. Percayalah, selalu ada terang setelah gelap. Bersabarlah.”
Saya menghembuskan napas kuat-kuat sambil membendung airmata yang hampir luruh.
Aa Ceramah di Brugge
Host memberitahu, jika pengajian Brugge meminta Aa untuk mengisi ceramah. Tentu saja ada uang transportasi. Tanpa itupun Aa akan selalu bersedia jika untuk #DakwahBackpacking.
Saya tentu saja ditinggal di rumah host. Supaya tidak merepotkan Aa di perjalanan.
Pulang pengajian Aa menerobos kamar dan membangunkan saya. Saya membuka mata dengan separuh kesadaran,
“Yang, serius mau jalan-jalan?”
“Mau! Tapi kan kita tidak punya uang?” Saya membalik tubuh ingin melanjutkan tidur.
“Yang, dengarkan Aa! Ini Allah langsung menjawab keinginanmu!
Salah satu anggota pengajian di Brugge tadi menawarkan apartemen sepupunya untuk kita tempati! Kata beliau, biar kamu ganti suasana.
Mbak Puteri baik sekali, Yang. Beliau keibuan dan tahu ceritamu dirawat di Luisen Hospital. Dan yang terpenting, kota Brugge cantik sekali! Kamu pasti suka!”
Jalan-jalan?!
Kesadaran saya telah sempurna.
“Serius A?”
“Iya!” Wajah Aa berbinar-binar. Raut lelah sirna dari wajahnya.
“Alhamdulillah, besok kita berangkat ke Brugge, A?”
“Secepatnya, begitu kamu merasa kuat berdiri dan berjalan.”
“Aku sudah kuat kok, A! Tadi aku turun naik tangga beberapa kali. Aku sangat ingin merasakan hangat summer yang tersisa di Brugge!”
Wefie di Brugge
Brugge benar-benar cantik!
Kota tua berusia ratusan tahun tampak anggun dan kokoh dikelilingi kanal. Karena kekayaan sejarah dan letak strategis di perairan Eropa, Brugge dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya UNESCO.
Setiap hari, bergandeng tangan dengan suami tercinta, saya menelusuri kanal, keluar masuk bangunan bersejarah, duduk di rerumputan menikmati matahari senja dan sesekali memotret menggunakan tablet tua dan handphone Smartfren milik si Aa.
Alhamdulillah!
Meski menanggalkan mimpi jelajah negara-negara Eropa yang belum pernah kami kunjungi, Allah mengganti dengan apartemen mewah dan keindahan klasik kota Brugge! Gratis dan kontan!
#DakwahBackpacking 2014 sekolah kehidupan kami. Sedang pengembaraan ibarat roda kehidupan. Terus berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.
Saat di bawah, ingatlah ayatNya, “Inna ma’al ‘usri yusraan!” Bersama (satu) kesulitan, ada (dua) kemudahan.
Yang perlu dilakukan adalah tetap bergandeng tangan dengan yang tersayang, bersabar, ikhtiar dan ikhlas. Sebab selalu ada matahari setelah gulita!
***
Yaaaa Ma, gak bisa di like kalo gak punya account di wordpress.com 😦
Oooh. Baru tahu aku Kak 😀
Ya sudah tidak apa2. Cukup dikomentari saja, Kak 😀
Keren Neng…. ^_^
Aiiih, Teh Ida mampir dan baca, sebuah kehormatan untuk saya 🙂
Nuhun, Teh!
Teteh sempat ikutan kah? 🙂
Huaaa…..cerita dibalik welfie-nya sgt berkesan… So sweet…walaupun menyimpan cerita hingga diopname segala.. Saat membacanya terasa kental sekali kebersamaan kalian berdua… Salam kenal ya… Ooh..ada pempek juga…itu kan makanan favoritku…
duh jadi mupeng ke Brugge…
Hayuuuuk… Saya ada rencana buat MB Trip ke Maroko dan Spanyol tahun depan.
Lalu melipir ke negara-negara di atas 🙂
Pengalaman luar biasa. Sehat selalu yaa…
Pengalaman sakit di Eropa yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya, Mbak 🙂
Jadi pengingat diri tuk rajin olahraga 🙂
Alhamdulillah, dengan atur pola makan dan olahraga rutin, sejak pulang dari Eropa belum pernah batuk pilek lagi.
Stamina boleh dibilang sangat prima 🙂
Duh, bikin ngiri nih jalan-jalannya..
Mbak juga bisa kok 🙂
Hidup lebih hemat, kencangkan menabung dan kreatif mencari pemasukan yang halal 🙂
Terharu banget bacanya…
Kedekatan pasutri itu kalo pas berdua dalam kesusahan yaaaaa, sangat inspiratif ❤
Saya juga terharu saat menuliskannya, Mbak Hidayah 🙂
Ingin sekali ditulis lebih detil karena sebetulnya jauh lebih dramatis, tapi ternyata dibatasi maksimal 1000 kata!
Akhirnya saya ringkas saja 🙂
Syukur jika ada hikmah yang bisa dipetik dari tulisan sederhana ini, Mbak.
Nanti saya berkunjung balik, kalau sudah buka komputer 🙂
Terima kasih 🙂
Semuanyaaa di Brugge :’ seruuuh banget tuh :3
Ini kompetisi smartfren kan? semoga menang ya 😀
Sebetulnya ada foto wefie di Paris di bawah Eiffel dan di Alhambra, Granada.
Kisah yang melatari juga seru-seru, tapi sayang waktu sudah sempit, gak sempat posting tulisan lain di blog satunya.
Amiin untuk doamu Mas Febri.
Hatur nuhun pisan.
Mudahan banyak kebaikan juga tercurah untuk Mas 🙂
Wohooo keren banget nih, udah wefie dimana-mana 😀
Aaaaaah, kaliaaan keren :3 hihihi
Amin mbak 🙂 sama-sama ya :3
Justru kami ini jarang foto selfie Mas Febri 🙂
Lebih sering ngandelin tripod, hehe.
Tapi kalau buru2, kamera handphone memang sangat berguna 🙂
Ayo Mas Febry, buruan nikaaah. Biar bisa wefie keliling dunia dengan istri tercinta, hihi 🙂
Wihihi pake tripod, hasilnya ya lebih kece dong Mbak 😀
Aaaaah, Amin ya Allah, Makasiiiih banyaaak doanya 😀
Hihihi, ada yang kece ada juga yang enggak, Mas Febri 🙂
Kapan-kapan aku upload di sini deh ya 😀
Aaaaah, mau liat dong 😀
Ditunggu ya mbak, uploadnya 😀
Nanti ya Mas Febri, kalau sudah santai ya. Ini lagi hectic mau ngurusin Muslimah Backpacker’s Trip ke Yogya, Gunung Kidul dan Kulonprogo tanggal 17-19 April ini 🙂
InsyaAllah saya upload kalau sudah santai 😀
Akuu baru buka blog :’
Mbak Ima ke Jogja nih? sekarang tanggal 19 april ._.
Iya mbak, ditunggu :3
Wah! Keren, pengen juga suatu saat naik kereta di eropa, ganti – ganti juga karena kayaknya lebih seru 😀
Yuuuk Fahmi. Kalau sudah biasa backpacking di Indonesia dan India, artinya sudah siap menjelajah dunia 🙂
Eropa mah ‘terlalu mudah’ sebetulnya untuk para backpacker. Terlalu nyaman juga 🙂
Nyaman di sini tentu saja berbanding lurus dengan euro sangat tinggi jika dibandingkan dengan rupiah, hehehe.
Huahaha, iya euro kursnya memang ngeri – ngeri sedap, tapi memang yang paling pengen itu lintas negara pake kereta api. Mimpi banget itu! 😀
Makanya nabung dalam bentuk euro saja Mas 🙂
Atau ala kami, sambil backpacking sambil jualan pempek, jadi dari jualan itu kami bisa berkelana lebih jauh 😀
Sehat selalu ya teh…mesra bingiiit futunyaa
Amiin 🙂
Masa sih mesra, Say?
Justru konyol loh. Soalnya susah banget ternyata selfie pakai tangan tanpa tripod ya 🙂
Kami berdua kebiasaan foto2 dengan tripod. Tempo hari malah ketinggalan tripod.
Otomatis pakai tangan dan si Aa ternyata nyengir kuda, hihihi 😀
sistem rumah sakitnya keren banget, mak. ga akan drama pasien kabur gara-gara takut pembayaran membengkak.
sukses dakwahnya, mak. 🙂
Kan rumah sakit di Eropa pada umumnya sudah pakai asuransi dari pemerintah semua, Mak Afifah 🙂
Jadi, saban bulan gaji mereka otomatis dipotong untuk asuransi kesehatan. Rumah sakit akan menagih biaya berobat ke pihak asuransi. Bukan ke pasien 🙂
Makasih Mak untuk support #DakwahBackpacking nya 🙂
Ngga kebayang aku mbak kalo sakit pas di negeri orang. Alhamdulillah dapat dilalui dengan baik ya mbaa. Senangnya bulan madu teruss
Saya juga gak terbayang Mak Rahmi, tapi nyatanya kejadian juga, hehehe 🙂
Kalau jadi pengembara kayak kami, harus siap mental untuk apa saja.
Alhamdulillah ‘tangan’ Allah ada dimana-mana, bahkan saat jauh dari tanah air 🙂
Alhamdulillah…
Senang di satu sisi, tapi rindu ingin segera punya anak di sisi lain 🙂
Saling mendoakan ya, Mak Rahmi 🙂
Pengalaman yang berharga banget Mbak. Pas Mbak sakit saya mengikuti info dari facebooknya teman-teman yang men-share status A Risyan. Saya ikut mendoakan juga untuk kesembuhan mbak.
Iya, Alhamdulillah banget Lina 🙂
Asli gak kebayang bakal jatuh sakit di negara orang, jauh dari kampung halaman 🙂
Terima kasih sudah mendoakan waktu itu, pantas saja banyak kemudahan yang kami dapatkan setelah musibah sakit 🙂
Jazakillah, Lina sayang 🙂
Aku tuh salut sama dua orang kekasih ini. Tetep romantis meski lagi panik dan saling melengkapi. *peluk*
BTW, aku gabisa add fbmu, Mbak^^
Hahahaha… ketahuan Putri deh aslinya kami berdua 😀
*peluk Putri juga* Hihihi 🙂
Sudah bisa ya, Say 🙂
Janji pempek akan dikirim kalau sedang terima orderan ya, Say 😀
Ih ndak usah, Teh… Nanti ngerepotin 🙂
Ah, sudah janji. Nanti ya 😀
BTW, lagi sibuk apa, Putri?
Masih dengan kerjaan yang sama, SMO dan Blogger 😛
Kerjaan yang seru banget ya Put 😀
Seru dan ah ya dinikmatin aja, Teh^^
Suka sama Putri itu sikap dewasa dan fun-nya itu loh. Menonjol sekali 🙂
muahahaha da aku mah apa atuh :3
Eh jaringan smartfren ini bisa di pake sampai luar negeri sana yaaa ??? atau jaringan nya mati trus pake wifi aja ???
Aiiih, blog kami dikunjungi Mas Cumi Lebay lagi.
Sebuah kehormatan untuk kami, senengnya 🙂
Kalau ada job review berkaitan dengan jalan-jalan dan kekurangan travel blogger, ajak-ajak kami ya, Mas? 😀
Tentu saja jaringannya mati karena smartfren networknya tidak kami aktifkan Mas 🙂
Kami hanya makai hapenya untuk wefie-an saja 🙂
Senengnya bisa wefie di luar nagari, kapan ya saya bisa ke luar negeri…
InsyaAllah akan kesampaian juga Mas Adi 🙂
BTW Mas, saya bakalan ke Yogya tanggal 16-19 April nih.
Mau ketemuan? 😀
selamat mbak Imazahra atas kesembuhan dan perayakannya di Brugge, bersama yang tersayang.
@guru5seni8
http://www.kartunet.or.id